Sepeda(Seminar Pendidikan Dasar) PGSD FKIP Unpas

PROSIDING SEPEDA(SEMINAR PENDIDIKAN DASAR) PGSD FKIP UNPAS

2019-08-10T01:24:18+07:00

Melalui seminar nasional ini diharapkan dapat membangun masyarakat yang memiliki kemampuan literasi digital sebagai keterampilan dasar pada Abad 21 dengan menghadirkan suasana yang edukatif, ajang diskusi hasil penelitian, sehingga dapat memunculkan gagasan dan ide yang inovatif, serta membangun jejaring antar praktisi, pemerhati pendidikan maupun LPTK. Manfaat kegiatan ini yaitu: 1) Mampu memperoleh pengetahuan dan wawasan terkini tentang dunia pendidikan, khususnya berkenaan dengan kemampuan literasi digital untuk membentuk karakter generasi milenial; 2) Mampu meningkatkan mutu praktisi pendidikan melalui kegiatan sharing dan publikasi hasil penelitian; dan 3) Mampu menciptakan jejaring yang baik antara praktisi, pemerhati pendidikan dan LPTK. Adapun narasumber kegiatan ini yaitu: 1) Dr. Ir. Paristianti Nurwardani, MP. (Direktur Pembelajaran pada Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek dikti); 2) Dr. Fahrurrozi, M.Pd (Dosen Pascasarjana Prodi Pendidikan Dasar UNJ, Ketua I Himpunan Dosen PGSD Indonesia); dan 3) Ifa Hanifah Misbach, M.A. Psikolog, Universitas Pendidikan Indonesian (UPI), Penyusun Peraturan Walikota “Bandung Masagi”.

PENGUATAN BUDAYA GERAKAN LITERASI MEMBACA DAN MENULIS BAGI SISWA KELAS AWAL DI SEKOLAH DASAR

2019-07-15T12:13:34+07:00

This paper aims to describe how important it is to strengthen the literacy movement of reading and writing culture for early grade students in elementary school. Strengthening and developing this literacy culture must be done to print superior and intelligent human resources. Strengthening this literacy culture not only aims to improve the quality of life, but also catches up with us from other nations. Books are a storehouse of knowledge and reading is the key. The reading tradition must be returned and put in place to improve the quality of life. Building character through literacy culture is the right choice for students at school. In simple terms, literacy means the ability to read and write or literate

Keywords: Strengthening the Liqasi Culture, Elementary School

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan bahwa betapa pentingnya penguatan budaya gerakan literasi membaca dan menulis bagi siswa kelas awal di sekolah dasar. Penguatan dan pengembangan budaya literasi ini harus dilakukan untuk mencetak sumber daya manusia unggul yang cerdas dan bermoral. Penguatan budaya literasi ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup, tetapi juga mengejar ketertinggalan kita dari bangsa lain. Buku adalah gudang ilmu dan membaca adalah kuncinya. Tradisi membaca harus dikembalikan dan diletakkan sebagaimana mestinya untuk meningkatkan kualitas hidup tersebut. Membangun karakter lewat budaya literasi menjadi pilihan yang pas bagi para siswa di sekolah. Secara sederhana, literasi berarti kemampuan membaca dan menulis atau melek aksara

Kata Kunci: Penguatan Budaya Lietarasi, Sekolah Dasar

PENGEMBANGAN MEDIA PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI

2019-07-15T12:14:35+07:00

This research is describing the characteristics of media puzzle which aims to improve the literacy skills of children at the age of 6-7 years in Tangerang Regency, developing media, and describing expert’s assessment of media puzzles using the Research and Development (R & D) approach. The sources of data in this study are, principals, teachers, grade 1 elementary school children, and experts / experts. Data collection techniques in this study are observations using checklists. Data needs analysis techniques in this study use qualitative and quantitative. The results of this study literacy activities 15 minutes before Teaching and Learning Activities, can use a media puzzle that aims to improve literacy skills in children aged 6-7 years, where the content in this puzzle media is (1) short story entitled "My Farm ", (2) illustrations / pictures and stories contained in the puzzle media are no longer familiar with the child's life, (3)) illustrations / pictures and stories contained in the puzzle media can make children interested in using the media and reading the contents of the story , (4) can provide broader insight with similar themes to children.

Keywords: Elementary School, Puzzle, Literacy Ability.

Penelitian ini adalah mendeskripsi karakteristik media puzzle yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan literasi anak pada usia 6-7 tahun di Kabupaten Tangerang, mengembangkan media, dan mendeskripsikan penilaian ahli terhadap media puzzle dengan menggunakan pendekatan Research and Development (R&D). Sumber data pada penelitian ini adalah, kepala sekolah, guru, anak sekolah dasar kelas 1, dan pakar/ahli. Tekhnik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi menggunakan ceklis. Teknik analisis kebutuhan data pada penelitian ini menggunakan kualitatif dan kuantitatif. Hasil pada penelitian ini kegiatan literasi 15 menit sebelum Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dapat menggunakan media puzzle yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan literasi pada anak usia 6-7 tahun, dimana konten pada media puzzle ini yaitu (1) cerita pendek yang berjudul “Hewan Ternakku”, (2) ilustrasi/ gambar dan isi cerita yang ada pada media puzzle sudah tidak awam lagi dengan kehidupan anak, (3) ) ilustrasi/ gambar dan isi cerita yang ada pada media puzzle dapat membuat anak tertarik untuk menggunakan media dan membaca isi cerita, (4) dapat memberikan wawasan yang lebih luas dengan tema yang serupa kepada anak.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PREDICT OBSERVE EXPLAIN (POE) PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

2019-07-15T12:17:13+07:00

The background of this study is the low learning outcomes of mathematics in mathematics learning at SD Negeri Bonang. The low learning outcomes are seen from the students' initial data on mathematics, which is that many students are still under the KKM. In this case the teacher strives for students to learn mathematics using the Predict Observe Explain learning model. Thus, students are able to find their own ways to solve problems in mathematics. The research method used is Classroom Action Research. This research was conducted in two cycles consisting of several actions that discussed mathematics material in the fourth grade of elementary school. Based on the results of the study using Predict Observe Explain, the learning outcomes increase. This can be seen in the test given by the researcher to all students in class IV of Bonang Elementary School, namely there is an increase in the average value of the initial data learning outcomes 68.9, first cycle of action I 67.9, cycle I action 2 average 70.8 cycle 2 action1 average value of 71.9 and cycle II of action II with an average value of 77.9. Interaction between students and students and students with teachers is more conducive, the results of student learning outcomes each action during the study progressed increased

Keywords: Predict Observe Explain, Learning Outcomes, Mathematics Learning.

Latarbelakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar matematika pada pembelajaran matematika di SD negeri Bonang. Rendahnya hasil belajar tersebut dilihat dari data awal siswa pada pelajaran matematika, yaitu banyak siswa yang masih dibawah KKM. Dalam hal ini guru mengupayakan agar siswa dalam belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran Predict Observe Explain. Dengan demikian, siswa mampu menemukan caranya sendiri untuk memecahkan masalah dalam pelajaran matemtika. Metode penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri dari beberapa tindakan yang membahas materi matematika pada kelas IV sekolah Dasar. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan Predict Observe Explain, maka Hasil belajar meningkat. Hal ini terlihat pada tes yang diberikan peneliti kepada seliuruh siswa dikelas IV Sekolah Dasar Bonang yaitu terdapat peningkatan dari rata-rata nilai Hasil belajar data awal 68.9, siklus I tindakan I 67,9, siklus I tindakan 2 rata –rata 70,8 siklus 2 tindakan1 rata-rata nilai 71,9 dan siklus II tindakan II dengan rata-rata nilai 77,9. Interaksi siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru lebih kondusif, hasil Hasil belajar siswa tiap tindakan selama penelitian berlangsung mengalami peningkatan.

Kata Kunci : Predict Observe Explain, Hasil belajar, Pembelajaran Matematika.

INOVASI MULTIMEDIA PEMBELAJARAN HUMANIS UNTUK MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

2019-07-15T12:18:20+07:00

Humanistic learning theory is generally applied in models, strategies, methods, or learning approaches. In this study the theory is applied in multimedia learning. Multimedia was developed by following the characteristics of humanistic mathematics learning. The humanistic educational belief that lack of motivation as the root cause of problems and attitudes to literacy in mathematics education can be overcome with this humanistic multimedia.

Keywords: Multimedia, Mathematics, Humanistic

Teori pembelajaran humanistik umumnya diterapkan dalam model, strategi, metode, atau pendekatan pembelajaran. Dalam penelitian ini teori diterapkan dalam pembelajaran multimedia. Multimedia dikembangkan dengan mengikuti karakteristik pembelajaran matematika humanistik. Kepercayaan pendidikan humanistik bahwa kurangnya motivasi sebagai akar penyebab masalah dan sikap literasi dalam pendidikan matematika dapat diatasi dengan multimedia humanistik ini.

Kata kunci: Multimedia, Matematika, Humanistik

PENGEMBANGAN MEDIA AUDIOVISUAL BERBASIS KOMIK ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN BUDAYA LITERASI YANG TERWUJUD DENGAN TRADISI BERFIKIR KRITIS DALAM PELAJARAN IPS KELAS V DI SEKOLAH DASAR

2019-07-15T12:22:03+07:00

This research is the development of animated comic based learning media products. This study aims to (1) determine the development of animated comic-based audiovisual media products, (2) Know the feasibility of animated comic-based audiovisual media to enhance literacy culture, (3) Know the effectiveness of animated comic-based audiovisual media to enhance the culture of literacy manifested by the tradition of critical thinking in social studies class V in elementary school. This research is a type of research and development or Research and Development (R & D). According to Sugiyono (2012: 407) research and development are research methods used to produce certain products, and test the effectiveness of these products. Nana Syaodih Sukmadinata (2006: 169) defines research and development as a research approach to produce new products or perfect existing products. So development research is a method to produce certain products or perfect existing products and test the effectiveness of these products. The product developed in this study is an audiovisual media based on animation to improve the culture of literacy that is realized by the tradition of critical thinking. This research was conducted in elementary schools in Madiun City. The time of the research was conducted from January to October 2018. The subject of the study was the fifth grade students in Madiun City elementary school.

Keywords: Audiovisual Media, Animation Comics, Literacy Culture, Critical Thinking, Elementary School Social Studies

Penelitian ini merupakan pengembangan produk media pembelajaran berbasis komik animasi. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui pengembangan produkmedia audiovisual berbasis komik animasi, (2) Mengetahui kelayakan media audiovisual berbasis komik animasi untuk meningkatkan budaya literasi, (3)Mengetahui efektifitas media audiovisual berbasis komik animasi untuk meningkatkan budaya Literasi yang terwujud dengan tradisi berfikir kritis dalam pelajaran IPS Kelas V di Sekolah Dasar. Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2012: 407) penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Nana Syaodih Sukmadinata (2006: 169) mendefinisikan penelitian dan pengembangan merupakan pendekatan penelitian untuk menghasilkan produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada. Jadi penelitian pengembangan merupakan metode untuk menghasilkan produk tertentu atau menyempurnakan produk yang telah ada serta menguji keefektifan produk tersebut. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah media audiovisual berbasis animasi untuk meningkatkan budaya literasi yang terwujud dengan tradisi berfikir kritis. Penelitian ini dilakukan di sekolah dasaryang ada di kabupaten Madiun. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Oktober tahun 2018. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V di sekolah dasar Kabupaten Madiun.

Kata kunci: Media Audiovisual, Komik Animasi, Budaya Literasi, Berfikir Kritis, IPS SD

PERAN FOLKLOR WILAYAH KABUPATEN NGAWI UNTUK MENUMBUHKAN KARAKTER POSITIF BAGI SISWA KELAS III DI ERA MILENIAL

2019-07-15T11:50:53+07:00

A study of folklore be interesting especially if introduced to the students who grow and develop in the millennial era. That is because the folklore has many genres which have adiluhung’s values. The values of life, which is loaded with tips and moral teaching is very needed by students who are now much degraded. The purpose of this research is to expose the types of folklore regions of Ngawi can taught in grade III, and to expose any positive character values in this millennial era that could be used as a reference character learning for the students classes III. The research method used is descriptive qualitative with the subject grade III in the area of Ngawi with engineering data retrieval using the techniques of observation and interviews. While the validity of its data using triangulation techniques sources and triangulation methods. In the meantime, the data analysis techniques in this research was conducted at the time of data collection in progress and upon completion of data collection within the specified time. In this research, it can be concluded that the oral folklore in the regions of Ngawi and can be taught to students is legend and mite. Meanwhile, positive character that can be taken from the oral folklore can be taken from the legend of the figure that became an integral part of the course of the story that are believed to be hereditary regions of Ngawi.

Keywords: Folklore, Positive Character, The Millennial Era

Folklor menjadi suatu kajian yang menarik khususnya jika diperkenalkan kepada para siswa yang tumbuh dan berkembang di era milenial. Hal tersebut dikarenakan folklor memiliki banyak genre yang kesemuanya memiliki nilai-nilai adiluhung. Nilai-nilai kehidupan yang sarat dengan petuah dan ajaran moral ini sangat dibutuhkan oleh para siswa yang kini banyak mengalami degradasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan jenis-jenis folklor wilayah Kabupaten Ngawi yang bisa diajarkan pada siswa kelas III, dan untuk memaparkan nilai karakter positif apa saja di era milenial ini yang bisa dijadikan rujukan pembelajaran karakter bagi para siswa kelas III. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan subjeknya siswa kelas III di wilayah Kabupaten Ngawi dengan teknik pengambilan data menggunakan teknik observasi dan wawancara. Sedangkan teknik validitas datanya menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Sementara itu, teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam waktu tertentu. Dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa folklor lisan yang ada di wilayah Kabupaten Ngawi dan dapat diajarkan kepada para siswa adalah legenda dan mite. Sementara itu, karakter positif yang dapat diambil dari folklor lisan tersebut dapat diambil dari para tokoh legenda yang menjadi bagian tak terpisahkan dari jalannya cerita yang selama ini diyakini secara turun temurun oleh masyarakat Kabupaten Ngawi.

Kata Kunci: Folklor, Karakter Positif, Era Milenial

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DI SEKOLAH DASAR

2019-07-15T11:57:33+07:00

The learning model is an important thing to be used by the teacher, but there are still many who choose inappropriate or irrelevant learning so that it will have a direct impact on the learning outcomes of students and may result in low student learning outcomes. This study aims to determine the effect of cooperative learning model type student achievement division team on student learning outcomes. Student learning outcomes as a research design are quasi experiments with design Nonequivalent control groups. The nonequivalent control group in one of the Cirangrang Kopo Public Elementary Schools in Bandung City. In this study the experimental class obtained learning with the STAD type cooperative learning model and the control class with conventional learning. The instrument used for this study was a test of the use of cooperative learning type STAD model to obtain quantitative data and observation sheets for the implementation of learning for qualitative data. The sampling technique is done purposively. The results of data analysis were carried out by means of different test or t-test. The significance level of 0.05 is through the results of the pretest and posttest tests given to students and the study of observations. The results showed a significant difference between the scores of the use of the STAD cooperative learning model in the experimental group, so it was found that the use of STAD type cooperative learning was more effective in improving student learning outcomes. Therefore, the application of the STAD cooperative learning model can be an alternative learning in an effort to improve student learning outcomes in elementary schools.

Keywords: Cooperative Model, STAD, Learning Outcomes

Model pembelajaran merupakan hal yang penting digunakan oleh guru namun masih banyak yang memilih tidak sesuai atau tidak relevan dengan pembelajaran sehingga akan berdampak langsung terhadap hasil belajar peserta didik dan kemungkinan dapat mengakibatkan hasil belajar peserta didik rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division terhadap hasil belajar siswa. Desain yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan pola Nonequivalent control group design. Kelompok kontrol nonequivalen di salah satu Sekolah Dasar Negeri Cirangrang kopo di Kota Bandung. Dalam penelitian ini kelas eksperimen memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini berupa tes penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk memperoleh data kuantitatif dan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran untuk data kualitatif. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposif. Hasil analisis data dilakukan dengan uji beda rata-rata atau uji-t. Tingkat signifikansi 0,05 melalui dari hasil tes pretes dan postes yang diberikan kepada peserta didik dan kajian hasil observasi. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan antara skor penggunaan model pembelajaran kooperatife tipe STAD kelompok eksperimen, sehingga ditemukan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menjadi alternatif pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik di sekolah dasar.

Kata Kunci: Model Kooperatif, STAD, Hasil Belajar

PENERAPAN MODEL COOPERATIF LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SD

2019-07-15T12:02:10+07:00

This study aims to improve the learning outcomes of fourth grade students of SDN 25/ X Treasurer in the second semester of the 2016/2017 academic year. The research subjects were fourth grade students of the Treasurer. This study carried out two cycles of three actions. The initial stage of the first cycle was planned to make the lesson plan, the second step was implementing RPP, the observer recorded the implementation of the first cycle on the observation sheet. reflection sheet. At the end of the first cycle evaluation was carried out with increased results from pre-cycle activities. The results of the conversion were converted to student learning outcomes. The results of the conversion stated that the study had not reached the target. II, the implementation of the cycle was observed by observers, observers reflected and poured in reflection sheets. The evaluation results of the second cycle were converted to student learning tables, which in the conversion table illustrated that the research had reached the target. 23% increase. The result of the comparison states that cooperative learning models can improve the learning of SDN 25/ X Mendahara students in Indonesian Language learning in

2017/2018.

Keywords: Jigsaw type Learning Learning Model, Learning Outcomes, Indonesian Language

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 25/X Mendahara pada semester II tahun pelajaran 2016/2017. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV Mendahara. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus dari tiga kali tindakan Tahap awal pada siklus I dibuat perencanaan untuk membuat RPP, langkah kedua Melaksanakan RPP, observer mencatat jalannya pelaksanaan siklus I di lembar observasi, hasil observasi direfleksikan dan dituangkan dalam lembar refleksi. Pada akhir siklus I dilakukan evaluasi dengan hasil telah meningkat dari kegiatan pra siklus. Hasil evaluasi dikonversikan dengan hasil belajar siswa, hasil konversi menyatakan penelitian belum mencapai target,p erlu dilanjutkan pada siklus II. Hasil refleksi dituangkan dalam perencanaan untuk siklus II dengan melampirkan RPP siklus II, pelaksanaan siklus diobservasi oleh observer. Hasil observasi direfleksikan dan dituangkan dalam lembar refleksi. Hasil evaluasi siklus II dikonversikan dengan table hasil belajar siswa, di mana pada tabel konversi tergambar bahwa penelitian telah mencapai target. Perbandingan hasil evaluasi dari siklus I dengan siklus II terdpat peningkatan 23%. Hasil perbandingan tersebut menyatakan model cooperative learning dapat meningkatkan belajar siswa SDN 25/X Mendahara pada pembelajaran Bahasa Indonesia tahun 2017/2018.

Kata Kunci: Model Cooperate Learning Tipe Jigsaw, Hasil Belajar, Bahasa Indonesia

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE DALAM PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PGSD STKIP SEBELAS APRIL SUMEDANG

2019-07-15T12:30:04+07:00

One of the problems faced in science learning in schools today is learning that lacks the development of process skills and critical scientific thinking that should be developed in science learning. Where science and critical thinking process skills are activities that must be developed in every level of education in science subjects. In this study, problems were developed about how the influence of the Children Learning In Science CLIS learning model on improving science process skills and critical thinking attitudes of PGSD students, besides the problem of how much the binding of science process skills and student critical thinking when learning is implemented by implementing CLIS learning models. The research methodology used in this research is Pre-Experimental Designs using the research design of One Group Pretest Posttest Design where in comparing the pretest of science process skills and comparing the initial data of critical thinking students with critical thinking students when learning with the CLIS model. Based on the data analysis that has been implemented the application of the CLIS learning model has a strong influence on students 'science process skills based on the effect size assessment, has a strong influence on the improvement of students' critical thinking, and the improvement of science process skills using the CLIS model included in the medium based calculation category N-gain, as well as increasing student critical thinking are included in the medium category. Based on the results of the analysis the researcher recommends the lecturer, to the teacher, to the principal to make the CLIS learning model an alternative learning process in the classroom, and for the next researcher this research can be used as a reference in future research.

Keywords: Children Learning In Science (CLIS) learning model, Science Process Skills, and Critical Thinking

Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran IPA di sekolah saat ini yaitu pembelajaran kurang mengembangkan keterampilan Proses dan sikap ilmiah berpikir kritis yang seharusnya dikembangkan dalam pembelajaran IPA. Di mana keterampilan proses sains dan berpikir kritis ini merupakan kegiatan yang harus dikembangkan di setiap jenjang pendidikan dalam mata pelajaran IPA. Dalam penelitian ini dikembangkan permasalahan tentang bagaimana pengaruh model pembelajaran Children Learning In Science CLIS terhadap peningkatan keterampilan proses sains dan sikap berpikir kritis mahasiswa PGSD, selain itu permasalahan tentang seberapa besar pengikatan keterampilan proses sains dan sikap berpikir kritis mahasiswa ketika pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran CLIS. Metodelogi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Pre-Experimental Designs dengan menggunakan desain penelitian One Group Pretest Posttest Design dimana dalam pelaksanaannya membandingkan pretest keterampilan proses sains dan membandingkan data awal berpikir kritis mahasiswa dengan berpikir kritis mahasiswa ketika pembelajaran dengan model CLIS. Berdasarkan analisis data yang telah dilaksanakan penerapan model pembelajaran CLIS memberikan pengaruh yang kuat terhadap keterampilan proses sains mahasiswa berdasarkan penghitunagan effect size, memberikan pengaruh yang kuat juga terhadap peningkatan berpikr kritis mahasiswa, dan peningkatan keterampilan proses sains dengan menggunakan model CLIS termasuk dalam kategori sedang berdasarkan penghitungan N-gain, begitu juga dengan peningkatan berpikir kritis mahasiswa termasuk dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti merekomendasikan kepada dosen, kepada guru, kepada kepala sekolah untuk menjadikan model pembelajaran CLIS salah satu alternatif proses pembelajaran di kelas, serta untuk peneliti selanjutnya penelitian ini bisa dijadikan rujukan dalam penelitian selanjutnya.

Kata Kunci: Model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS), Keterampilan Proses Sains, dan Berpikir Kritis

PERAN PENDIDIK (DIDACTIC, REFLECTIVE, AFECTIVE ATAU EVALUATIVE ROLES) DALAM PEMBELAJARAN IPS ABAD 21

2019-07-15T12:12:34+07:00

This study aims to understand the role of educators in the 21st century learning. The research was conducted with a non-interactive Approach with literature study research methods. By using the literature that has been done, obtained the roles of various roles (roles) in the classroom, namely didactic, reflective, and affective roles. The didactic role is the role of the teacher everywhere in didactic games designed to convey information, roles designed to advance the functions of thinking and solving problems, while affective roles with controversies, values, and beliefs. The balance of the Social Sciences teaching staff in playing a role as didactic, reflective, and affective is needed so that the objectives of Social studies Education are good. Teaching staff / IPS educators in Indonesia in playing roles are based on scientific, educational and ideological zeal, and cannot be separated from the fundamental principles of the nation, namely Pancasila and the 1945

Constitution.

Keywords: The Role of IPS Educators, 21st Century Learning

Penelitian ini bertujuan untuk memahami peran peran pendidik dalam pembelaja- ran abad 21. Penelitian dilakukan dengan pendekatan noninteraktif (non- interactive inquiry) dengan metode penelitian studi kepustakaan. Berdasarkan an- alisis literatur yang telah dilakukan, didapat bahwa peran pengajar IPS memain- kan berbagai peran (roles) di dalam kelas, yaitu didactic, reflective, maupun affec- tive roles. Didactic roles merupakan peran guru di mana dalam peran didaktis didesain untuk menyampaikan informasi, peran Reflektif utamanya didesain untuk memajukan kemampuan berfikir dan pemecahan masalah, sedangkan peran afektif konsern dengan kontroversi, nilai, dan kepercayaan. Keseimbangan staf pengajar IPS dalam memainkan perannya sebagai didactic, reflective, maupun affective roles diperlukan agar tujuan Pendidikan IPS tercapai dengan baik. Staf pengajar/pendidik IPS di Indonesia dalam memainkan peran dilandasi oleh spirit ilmiah, pendidikan, dan ideologi, serta tidak lepas dari kaidah fundamental bangsa yaitu Pancasila dan UUD 1945.

Kata Kunci: Peran Pendidik IPS, Pembelajaran Abad 21

PEMBELAJARAN LESSON STUDY DALAM MENENTUKAN DIAGRAM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

2019-07-15T12:49:30+07:00

Lesson Study at LPTK as a form of professional development activities for lecturers, teachers, prospective student teachers, characterized by learning opportunities for lecturers, students, other colleagues as observers, can help lecturers, students, and can assist learning with colleagues. The ability of students' mathematical representation in the mathematics learning process has a very important function. A diagram as a representation is important to understand. In grade VI elementary school, presenting and reading data is also presented in the Data Processing chapter. The main purpose of this study is to provide a learning diagram, which discusses reading diagrams and making diagrams that are appropriate to the challenges. Researchers are interested in knowing how students try to find meaning from bar, circle and line diagrams. Therefore, research design, was chosen as the type and obtained research. The subjects of this study were grade VI A SD Labschool UPI, Bumi Siliwangi UPI Campus

2017/2018 academic year. An HLT (Hypothetical Learning Trajectory) has been produced and tested, and then has been analyzed by comparing HLT with the correct learning process of students. (retrospective analysis). The data collected in this study combines the results of student work and the process of learning that is videotaped. From the results of the analysis, the ability of students to be validated at the beginning of learning lies between the transition and Idiosyncratic levels. However, it is difficult to ascertain which level is in accordance with the students' abilities, what they have to improve is different from what they have written. With class discussions, their ability to read diagrams has increased. They started reading "between data" and "outside the data". At the end of learning, data analysis has led to the conclusion that students begin reading diagrams at the quantitative level.

Keywords: Lesson Study, Respresentation Ability, Diagram.

Lesson Study di LPTK pada dasarnya merupakan salah satu bentuk kegiatan pengembangan profesional dosen, guru, mahasiswa sebagai calon guru, yang bercirikan dalam pembelajaran ada kesempatan dosen, mahasiswa, sejawat lainnya sebagai observer, sehingga memungkinkan dosen, mahasiswa, juga dapat membagi pengalaman pembelajaran dengan sejawatnya. Kemampuan representasi matematis siswa dalam proses pembelajaran matematika mempunyai fungsi yang sangat penting. Diagram sebagai salah satu representasi, penting untuk dipahami. Di kelas VI SD, menyajikan dan membaca data juga diajarkan dalam bab Pengolahan data. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi pada praktek pembelajaran diagram, yang difokuskan pada aktivitas membaca diagram dan membuat diagram yang sesuai dengan permasalahan. Peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana siswa berusaha untuk menemukan arti dari sebuah diagram batang, lingkaran dan garis. Oleh karena itu, design research, dipilih sebagai jenis dan pendekatan penelitian. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI A SD Labschool UPI, Kampus Bumi Siliwangi UPI tahun ajaran 2017/2018. Sebuah HLT (Hypothetical Learning Trajectory) telah dihasilkan dan diujicobakan, dan selanjutnya telah dianalisis dengan cara membandingkan HLT dengan proses belajar siswa yang sesungguhnya. (retrospective analysis). Data yang dikumpulkan dalam peneltian ini berbentuk hasil kerja siswa dan proses pembelajaran yang divideokan. Dari hasil analisis, disimpulkan kemampuan siswa di awal pembelajaran berada diantara Idiosyncratic dan Transitional level. Akan tetapi sulit untuk memastikan berada di level mana kemampuan siswa tersebut, dikarenakan apa yang mampu mereka pikirkan berbeda dengan yang telah mereka tulis. Dengan diskusi kelas, kemampuan mereka dalam membaca diagram telah meningkat. Mereka mulai membaca “between the data” dan “beyond the data”. Pada akhir pembelajaran, analisis data telah mengantarkan pada kesimpulan bahwa siswa mulai membaca diagram pada Quantitative level.

Kata kunci: Lesson Study, Kemampuan Respresentasi, Diagram.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MELALUI METODE MIND MAP PADA PERKULIAHAN PEDAGOGIK

2019-07-15T12:56:17+07:00

Pedagogic courses are Basic Education Courses (MKDK) which have a general content on how to understand education for children. Mastery of the concept will be very beneficial for students as prospective lecturers who are ready to become agents of change for their students. Therefore, pedagogical lectures in the second semester must really be able to meet the mastery needs of the student concept. For the sake of achieving the above, of course a lecturer, especially pedagogic lecturer must have a capable ability in material presentation. This is so that students are interested in participating in pedagogical lectures so that the material and values delivered by the lecturer can be absorbed maximally by producing improved lecture results. The research uses the Mind Map method using a qualitative descriptive PTK system. The results showed that through the Mind Map method student learning outcomes in pedagogical subjects had increased, which in the first cycle reached 2.67, the second cycle reached 3.35, and the third cycle reached 3.78. Based on the results of the reflection and interview improvement, because each student gets the opportunity to be creative in making material concept maps by using the Mind Map method, so that when given the exam questions students get ease in developing a description answer.

Keywords: Learning outcomes, mind map, pedagogic methods

Mata kuliah pedagogik merupakan Mata Kuliah Dasar Kependidikan (MKDK) yang memiliki muatan yang umum tentang cara memahami pendidikan terhadap anak. Penguasaan konsep akan sangat bermanfaat bagi mahasiswa sebagai calon dosen yang siap menjadi agen of change bagi para mahasiswanya. Oleh sebab itu kegiatan perkuliahan pedagogik pada semester dua haruslah benar-benar mampu memenuhi kebutuhan penguasaan konsep mahasiswa. Demi tercapainya hal tersebut di atas tentu seorang dosen, khususnya dosen pedagogik harus memiliki kemampuan yang mumpuni dalam hal penyajian materi. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa tertarik dalam mengikuti perkuliahan pedagogik sehingga materi dan nilai-nilai yang disampaikan dosen dapat diserap mahasiswa secara maksimal dengan menghasilkan hasil perkuliahan yang meningkat. Adapun penelitian ini menggunakan metode Mind Map dengan menggunakan sistem PTK kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui metode Mind Map hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah pedagogik mengalami peningkatan, dimana pada siklus I mencapai 2.67, siklus II mencapai 3.35, serta siklus III mencapai 3.78. Berdasarkan hasil refleksi dan wawancara peningkatan tersebut dikarenakan setiap mahasiswa mendapat kesempatan untuk berkreasi dalam membuat peta konsep materi dengan menggunakan metode Mind Map, sehingga ketika diberikan soal ujian mahasiswa mendapat kemudahan dalam mengembangkan jawaban uraian.

Kata Kunci: Hasil belajar, metode mind map, pedagogik

PENGARUH CERITA BERGAMBAR TERHADAP EMPATI

2019-07-15T13:01:10+07:00

This study aims to determine the effect of picture story on the empathy of children.Implemented in B1 group Menara Fitrah Indralaya Kindergarten second semester of academic year 2016/2017. The research method used an experimental method with one shot case study design. Sampling technique using purposive sampling. The sample in this study is a group of B1 children, amounting to 20 children. Data on empathy is collected using the action test obtained from the observation sheet. The result of t-test calculation at significant level 0,05 obtained equal to 3,34 while 1,72. Therefore in accordance with the test criteria ≥ so that rejected which means accepted. The result shows that there were the effect of picture story on the empathy of B1 group Menara Fitrah Indralaya Kindergarten.

Keywords: Picture Story, Empathy, Early Childhood

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cerita bergambar terhadap empati anak. Dilaksanakan di TK Menara Fitrah Indralaya, kelompok B1 semester II tahun pelajaran 2016/2017. Metode penelitian menggunakan metode eksperimen dengan desain one shot case study. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah anak kelompok B1 yang berjumlah 20 anak. Data tentang empati dikumpulkan menggunakan tes perbuatan yang didapat dari lembar observasi. Hasil perhitungan uji-t pada taraf signifikan 0,05 diperoleh t_hitung sebesar 3,34 sedangkan t_tabel 1,72. Oleh karena itu sesuai dengan kriteria pengujian t_hitung ≥ t_tabel sehingga H_0 ditolak yang artinya H_a diterima. Hal ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh cerita bergambar terhadap empati anak kelompok B1 semester genap di TK Menara Fitrah Indralaya.

Kata Kunci : Cerita Bergambar, Empati, Anak Usia Dini

PENERAPAN METODE SQ3R (SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW) UNTUK MENINGKATKAN DAYA BACA MAHASISWA DALAM MEMBANGUN BUDAYA LITERASI DI KELAS

2019-07-15T13:08:48+07:00

The culture of reading literacy which is also a language skill can be built from small places such as classrooms. One language skill that is increasingly important in entering the 21st century is reading. Reading in language skills is one of the receptive skills. One type of reading that is very vital in cognitive development is reading comprehension. By reading understanding, it will help in building a culture of literacy that can be started from these classrooms. Therefore we need an appropriate learning method to support that goal. The purpose of this study was to improve the reading power of students in building a culture of literacy through the application of the SQ3R method (Survey, Question, Read, Recite, Review) for students of Early Childhood Education at the University of Lampung as many as 29 students in one class. Data collection techniques through observation, questionnaires, tests and documentation. The research methodology used is action research (Action Research) in 2 cycles consisting of Planning, Implementation, Observation and Reflection. Based on the results of the study that the SQ3R method can improve students' reading power in building a culture of literacy in the classroom.

Keywords: SQ3R Learning Method, Reading Power, Culture of Literacy

Budaya literasi membaca yang juga merupakan keterampilan berbahasa dapat dibangun mulai dari tempat-tempat kecil seperti ruang-ruang kelas. Salah satu keterampilan berbahasa yang semakin penting peranannya dalam memasuki abad ke-21 adalah membaca. Membaca dalam keterampilan berbahasa merupakan salah satu keterampilan yang bersifat reseptif. Salah satu jenis membaca yang sangat vital dalam perkembangan kognitif adalah membaca pemahaman. Dengan membaca pemahaman maka akan membantu dalam membangun budaya literasi yang dapat dimulai dari ruang-ruang kelas tersebut. Oleh karena itu diperlukan sebuah metode pembelajaran yang tepat dalam mendukung tujuan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya baca mahasiswa dalam membangun budaya literasi melalui penerapan metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) pada Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini di Universitas Lampung sebanyak 29 orang mahasiswa dalam 1 kelas. Teknik pengumpulan data melalui observasi, kuesioner, tes dan dokumentasi. Metodologi penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan (Action Research) dalam 2 siklus yang terdiri dari Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi dan Refleksi. Berdasarkan hasil penelitian bahwa metode SQ3R dapat meningkatkan daya baca mahasiswa dalam membangun budaya literasi di kelas.

Kata Kunci: Metode Pembelajaran SQ3R, Daya Baca, Budaya Literasi

GEOGRAFI EMOSI SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PADA PEKAN PERTAMA SEKOLAH

2019-07-15T13:12:42+07:00

The first week of school for first grade children is a busy and very emotional day. Crying, screaming, pleasure, and sadness filled the air all day long. This paper collects comprehensive information from children, parents, and teachers about their experiences during the first week of school in one of the private elementary schools in the city of Purwakarta, West Java. This school has an ideal comparison of the quantity of teachers and students. Each class is filled with a maximum of 16 children with two teachers. The new environment and atmosphere have really affected their emotions. On the first day, there were two children who cried hysterically and wanted to escape from school. They don't want to be left by their mother. There is also a child who is very happy, even his mother who cries and does not want to leave. But after one week, all children have the same emotional colors, excitement and pride because they have managed to be themselves with a stronger and more powerful personality.

Keywords: Geography of emotions, elementary school students, first week of school

Pekan pertama sekolah bagi anak-anak kelas I sekolah dasar merupakan hari yang sibuk dan sangat emosional. Tangisan, teriakan, kesenangan, dan kesedihan memenuhi udara sepanjang hari. Makalah ini menghimpun informasi komprehensif dari anak-anak, orangtua siswa, dan guru mengenai pengalaman mereka selama satu pekan pertama sekolah di salah satu sekolah dasar swasta di kota Purwakarta, Jawa Barat. Sekolah ini memiliki perbandingan kuantitas guru dan murid yang ideal. Setiap kelas diisi oleh maksimal 16 anak dengan dua orang guru. Lingkungan dan suasana baru benar-benar telah memengaruhi emosi mereka. Pada hari pertama, ada dua anak yang menangis histeris dan ingin melarikan diri dari sekolah. Mereka tidak mau ditinggalkan oleh ibunya. Ada pula anak yang sangat gembira, malah ibunya yang menangis dan tidak mau meninggalkannya. Tapi setelah satu minggu, semua anak memiliki warna emosi yang sama, kegembiraan dan kebanggaan karena mereka telah berhasil menjadi diri mereka sendiri dengan kepribadian yang lebih tangguh dan hebat.

Kata Kunci: Geografi emosi, Siswa sekolah dasar, Pekan pertama sekolah

PENGEMBANGAN MODUL PERKULIAHAN MATEMATIKA 1 MELALUI PERMAINAN “ENGKLEK” UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATERI BILANGAN BULAT

2019-07-15T13:17:17+07:00

This study aims to determine the results of learning the value of mathematics 1 subject about solving problems related to material numbers. The results of preliminary observations indicate that student learning outcomes about problem solving material numbers are still relatively low, this is evidenced by the results of special learning achievement tests, students who reach grades above 70 or predicate (B) are only 30% of the total 41 students. The low student learning outcomes are thought to be caused by (1) Lack of student learning motivation towards mathematics courses, especially problem solving problems related to numbers, (2) students cannot solve problems related to numbers, this can be seen from the results of the first semester student tests Sudi PGSD Program, (3) Low ability of students to understand questions. This study uses quantitative descriptive using percentages. The percentage of each response is calculated by the number of aspects that appear divided by the total number of students multiplied by 100%. Data from the research results were obtained from students after taking mathematics 1 lecture held by researchers. The results of the research at the pretest showed that students' mathematical problem solving skills were very low. The number of students at level 1 was 29 students and none of the students were at levels 2, 3, and 4. While the results of the post-test research showed that students' mathematical problem solving abilities had increased. This can be seen from the number of students at level 1 as many as 7 students and those at level 2 as many as 13 students, while at level 3 as many as 7 students, and level 4 as many as students.

Keywords: Clash Game, Problem Solving, Round Numbers

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar nilai matakuliah matematika 1 tentang pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi bilangan. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa hasil belajar mahasiswa tentang pemecahan masalah materi bilangan masih tergolong rendah, hal ini dibuktikan dari hasil ujian capaian pembelajaran khusus, mahasiswa yang mencapai nilai diatas 70 atau predikat (B) hanya 30% dari jumlah mahasiswa 41 orang. Rendahnya hasil belajar mahasiswa ini diduga disebabkan oleh (1) Kurangnya motivasi belajar mahasiswa terhadap matakuliah matematika terutama materi penyelesaian masalah yang berkaitan dengan bilangan, (2) mahasiswa tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan bilangan, hal ini tampak dari hasil tes awal mahasiswa semester 1 Program Sudi PGSD, (3) Rendahnya kemampuan mahasiswa dalam memahami soal. Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan menggunakan presentase. Presentase tiap respon dihitung dengan cara jumlah aspek yang muncul dibagi dengan seluruh jumlah mahasiswa dikalikan 100%. Data hasil penelitian diperoleh dari mahasiswa setelah mengikuti perkuliahan matematika 1 yang diadakan oleh peneliti. Hasil penelitian saat pretest menunjukkan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa sangat rendah. Jumlah mahasiswa pada level 1 sebanyak 29 mahasiswa dan tidak ada satupun mahasiswa yang berada pada level 2, 3, dan 4. Sedangkan hasil penelitian saat post test menunjukkan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa telah meningkat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah mahasiswa yang ada pada level 1 sebanyak 7 mahasiswa dan yang berada pada level 2 sebanyak 13 mahasiswa, sedangkan pada level 3 sebanyak 7 mahasiswa, dan level 4 sebanyak 2 mahasiswa.

Kata Kunci : Permainan Engklek, Pemecahan Masalah, Bilangan Bulat

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI ERA MILENIAL

2019-07-15T13:27:11+07:00

Character education in elementary school children is a very important foundation in building personality both in children developmental period and for their future. Teachers in schools are good examples of characters who can be emulated by elementary school children. The character of the teacher who is good at behaving, acting, speaking way in interacting with chikdren will be imitated by their students. If the character of the teacher is bad in behaving, acting, speaking with their student, children will imitate the bad character, because the character is not only thaguht but grown through good habits and exemplary from the adult (teacher). Character education for elementary school students in the 21st century milllennial era is very important to be developed in elementary school children. Teachers as good role models in developing character education will be more effective when suppoted by approaches and technology media in implementing character education values in elementary school children. This is a new challenge for teachers in the millenial era in carrying out their roles and duties as a model for character education for children to emulate.

Keywords : Millennial, Character Education, Elementary School Children

Pendidikan karakter pada anak sekolah dasar merupakan fondasi yang amat penting dalam membangun kepribadian baik di masa perkembangan maupun untuk masa depannya. Guru di sekolah merupakan teladan karakter baik yang dapat dicontoh oleh anak sekolah dasar. Karakter guru yang baik dalam bersikap, berperilaku, bertutur kata dalam berinteraksi dengan anak akan diteladani oleh anak didiknya. Jika karakter guru buruk dalam bersikap, berperilaku, bertutur kata dengan anak didiknya maka anak akan mencontoh karakter buruk tersebut, sebab karakter tidak hanya diajarkan melainkan ditumbuhkembangkan melalui pembiasaan baik dan keteladanan dari orang dewasa (guru). Pendidikan karakter bagi siswa sekolah dasar di abad 21 era milenial ini menjadi sangat penting ditumbuhkembangkan pada anak sekolah dasar. Guru sebagai teladan yang baik dalam menumbuhkembangkan pendidikan karakter akan lebih efektif apabila ditopang dengan pendekatan dan media teknologi dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter pada anak sekolah dasar. Inilah tantangan baru bagi guru di era milenial dalam menjalankan peran dan tugasnya sebagai model pendidikan karakter bagi anak agar dapat diteladani.

Kata Kunci : Milenial, Pendidikan Karakter, Anak Sekolah Dasar

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA SISWA SEKOLAH DASAR

2019-07-15T13:41:02+07:00

Education is the most important factor in determine the future life of a nation. It takes students creativity thinking skills so that they can develop other thinking skills. Creative thinking is the ability to think by using new ways to find unique solutions to the problems. The method used in this study is discourse analysis related to the results of research related to students mathematical creative thinking skills in elementary school. The analyzed are about creative thinking, developing creative thinking, and how to think of mathematically creatively in elementary school. Based on the result of discourse analysis from several references articles and other supporting books, it can be concluded that to support the learning process that will increases creative thinking skills students, are required a develop mathematics subjects that focused on awareness of the knowledge and thought processess of students who can develop their creative thinking skills in solving mathematics problem.

Keywords: Creative Thinking, Student In Elementary Schools

Pendidikan merupakan factor yang paling penting dalam menentukan kehidupan masa depan suatu bangsa. Dibutuhkan kemampuan berpikir kreatif siswa agar mereka dapat mengembangkan kemampuan berpikir yang lainnya. Berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir dengan menggunakan cara-cara yang baru untuk menemukan solusi-solusi yang unik terhadap persoalan. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis wacana terkait hasil penelitian yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa di sekolah dasar. Adapun yang dianalisis yaitu tentang berpikir kreatif, pengembangan berpikir kreatif, dan bagaimana berpikir kreatif matematis di sekolah dasar. Berdasarkan hasil analisis wacana dari beberapa referensi artikel dan buku penunjang lainnya, dapat disimpulkan bahwa untuk mendukung proses pembelajaran yang meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa diperlukan suatu pengembangan materi pelajaran matematika yang difokuskan pada kesadaran tentang pengetahuan dan proses berpikir siswa yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan matematika.

Kata Kunci: Berpikir Kreatif, Siswa Sekolah Dasar

PENGEMBANGAN MODUL PERKULIAHAN MATEMATIKA 1 MELALUI PERMAINAN SEROK KWALI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

2019-07-15T13:46:30+07:00

The value of mathematics 1 about problem-solving related to the number of PGSD students at Muhammadiyah Gresik University is still relatively low, this is indicated by the results of special learning achievement tests, students who reach grades above 70 or predicate (B) only 30% of the total 41 students. The low value of learning achievement test results is thought to be caused by students not being able to solve problems related to numbers, this is evident from the results of the first-semester student test of the Muhammadiyah Gresik PGSD Study Program. The purpose of this study was to describe the process of developing a mathematics lecture module 1 based on Ethnomathematics through the game "Serok Kwali" to improve mathematical problem solving skills of PGSD students, and produce a mathematics 1 lecture module based on Ethnomathematics through the game "Serok Kwali" to improve mathematical problem solving skills quality PGSD students. The research will be carried out through several stages of the development of lecture modules that use the 4-D model or four D Models proposed by (Thiagarajan, 1974) as follows: defining, designing, developing, distributing (disseminate). The results showed that the Mathematics Module 1 developed developed was categorized as valid by the validator and the mathematical problem solving abilities of students who had been analyzed based on the stages according to Polya had increased by 79%.

Keywords: Development of teaching module, Serok Kwali, Problem Solving

Nilai matakuliah matematika 1 tentang pemecahan masalah yang berkaitan dengan bilangan mahasiswa PGSD Universitas Muhammadiyah Gresik masih tergolong rendah, hal ini ditunjukkan dari hasil ujian capaian pembelajaran khusus, mahasiswa yang mencapai nilai diatas 70 atau predikat (B) hanya 30% dari jumlah mahasiswa 41 orang. Rendahnya nilai hasil ujian capaian pembelajaran diduga disebabkan karena mahasiswa tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan bilangan, hal ini tampak dari hasil tes awal mahasiswa semester 1 Program Sudi PGSD Universitas Muhammadiyah Gresik. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pengembangan modul perkuliahan matematika 1 berbasis Ethnomathematics melalui permainan “Serok Kwali” untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah matematika ahasiswa PGSD, dan menghasilkan modul perkuliahan matematika 1 berbasis Ethnomathematics melalui permainan “Serok Kwali” untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah matematika mahasiswa PGSD yang berkualitas. Penelitian akan dilaksanakan melalui beberapa tahapan pengembangan modul perkuliahan yang menggunakan model 4-D atau four D Models yang dikemukakan oleh (Thiagarajan, 1974) sebagai berikut : tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop), tahap penyebaran (disseminate). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Modul perkuliahan Matematika 1 yang dikembangkan dikategorikan valid oleh validator dan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa yang telah dianalisis berdasarkan tahapan menurut Polya telah meningkat sebesar 79%.

Kata Kunci: Pengembangan modul, Serok kwali, Pemecahan Masalah

APLIKASI EDMODO SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN E-LEARNING

2019-07-17T15:37:14+07:00

Progress in the field of information technology makes the learning process carried out by lecturers using internet-based learning media or e-learning. This is done because e-learning offers experiences and learning processes that are not limited to space and time, making it easier for students to access and obtain information. One of the e-learning learning is edmodo. Edmodo is a Learning Management System (NGO) that provides various features for learning activities. The advantages of Edmodo are that it has many features offered, and its drawbacks are very dependent on the internet network. The benefits of learning with Edmodo are that it can facilitate and improve the effectiveness of learning and can save time in learning, improve interaction between lecturers and students, change the traditional learning system towards interactive and innovative learning and make students better understand in the lesson.

Keywords: edmodo, e-learning, media learning

Kemajuan di bidang teknologi informasi membuat proses pembelajaran yang dilakukan dosen dengan menggunakan media pembelajaran berbasis internet atau e-learning. Hal ini dilakukan karena e-learning menawarkan pengalaman dan proses pembelajaran yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu sehingga memudahkan mahasiswa didalam mengakses dan mendapatkan informasi. Salah satu pembelajaran e-learning adalah edmodo. Edmodo adalah sebuah Learning Management System (LSM) yang menyediakan beragam fitur untuk kegiatan pembelajaran. Kelebihan edmodo yaitu memiliki banyak fitur-fitur yang ditawarkan, dan kekurangannya sangat bergantung dengan jaringan internet. Manfaat pembelajaran dengan edmodo yaitu dapat memfasilitasi dan meningkatkan efektifitas pembelajaran serta dapat menghemat waktu didalam belajar, meningkatkan interaksi antara dosen dan mahasiswa, mengubah sistem pembelajaran yang tradisional menuju ke pembelajaran yang interaktif dan inovatif dan membuat mahasiswa lebih paham dalam pelajaran.

Kata Kunci: edmodo, e-learning, media pembelajaran

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR MELALUI PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE

2019-07-15T13:57:43+07:00

This research is entitled "Improving Students’ Reading Comprehension Skill in Elementary School Students through the Whole Language Approach". This research was conducted in SDN Rawasari Kec. Cipatat, Kab. Bandung Barat to 55 fifth grade students who are divided into experimental class with 29 students and control class with 26 students. The design applied in this study was pretest and posttest design. The pretest was carried out before the treatment and post-test with the same test questions was given after the treatment. The method in this study is quasi-experiment where the sample used was not randomly chosen. The purpose of this study is to find out the implementation of the learning process using the whole language approach, in addition it is also trying to find out the differences and improving reading skills of elementary school students. Data analysis was done by calculating the data from observations, differences and improvement in reading comprehension skills with testing steps namely, statistical descriptive test, normality test, average test homogeneity test and gain test. The result of this study is that the implementation of reading comprehension skill learning process using the whole language approach went very well. There are differences and improvement in students' reading comprehension skill using the whole language approach. The reading comprehension skills of students who use the whole language approach are better than the reading comprehension skills of students who use the common approach by educators. Suggestions for further researchers to improve the skills of students using the whole language approach is that researchers must master the characteristics of students and be able to master the class well.

Keywords: Whole Language Approach, Reading Comprehension Skills

Penelitian ini berjudul ”Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Peserta Didik Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Whole Language”. Penelitian ini dilakukan di SDN Rawasari Kec. Cipatat Kab. Bandung Barat pada peserta didik kelas V dengan jumalah peserta didik sebanyak 55 orang peserta didik yang dibagi kedalam kelas eksperimen yang berjumlah 29 orang dan kelas kontrol yang berjumlah 26 orang. Desain dalam penelitian ini adalah pretes dan postes design. Dimana pretes dilaksanakan sebelum diberikan perlakuan dan postes diberikan seteah diberikan perlakuan dengan soal tes yang sama. Metode dalam penelitian ini menggunakan eksperimen semu dimana sampel yang digunakan dipilih tidak secara acak.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui keterlaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan whole language, selain itu juga untuk mengetahui perbedaan dan peningkatan keterampilan membaca pemahaman peserta didik Sekolah Dasar. Analisis data yang dilakukan yaitu dengan menghitung data hasil observasi, perbedaan dan peningkatan keterampilan membaca pemahaman dengan langkah-langkah pengujian yaitu,uji deskriptif statistik, uji normalitas, uji homogenitas uji rata-rata dan uji gain. Hasil dari penelitian ini adalah keterlaksanaan proses pembalajaran keterampilan membaca pemahaman dengan menggunakan pendekatan whole language berjalan dengan sangat baik. Terdapat perbedaan dan peningkatan keterampilan membaca pemahaman peserta didik yang menggunakan pendekatan whole language. Keterampilan membaca pemahaman peserta didik yang menggunakan pendekatan whole language lebih baik dari pada keterampilan membaca pemahaman peserta didik yang menggunakan pendekatan yang biasa dilakukan oleh pendidik. Saran bagi peneliti selanjutnya untuk meningkatkan keterampilan peserta didik menggunakan pendekatan whole language peneliti harus menguasi karakteristik peserta didik dan mampu menguasai kelas dengan baik.

Kata Kunci: Pendekatan Whole Language, Keterampilan Membaca Pemahaman

ANALISIS MATHEMATIC ANXIETY SISWA SEKOLAH DASAR DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL

2019-07-15T14:03:35+07:00

This study aims to examine the level of Mathematic Anxiety of elementary school students in facing the national standard final examination. This research was conducted by quantitative descriptive method with questionnaire and documentation techniques. The population of this study was all Grade VI Elementary School students from one of the Elementary Schools in Sumedang District with a sample consisting of one class. Data retrieval uses the Mathematic Anxiety questionnaire. The number of subjects was 38 students. Based on the anxiety level questionnaire, it was found that there were two levels of anxiety experienced by students, namely moderate math anxiety and severe math anxiety. Each level of anxiety is experienced by 19 students. Factors that influence the level of mathematics are the lack of scaffolding provided by the teacher when conducting the exam, a non-supportive learning environment, problem solving activities that are understood by students, unpleasant experiences in the past, such as mathematics in which the teacher is not friendly, and lack of motivation in learning mathematics. It can be concluded that the majority of elementary school students who were sampled experienced moderate to severe levels of anxiety when going to carry out national standard school final exams.

Keywords: Mathematic Anxiety and national standard school final exams

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat Mathematic Anxiety (Kecemasan Matematis) siswa Sekolah Dasar dalam menghadapai ujian akhir sekolah berstandar nasional. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif dengan teknik angket dan dokumentasi. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Dasar kelas VI dari satu diantara Sekolah Dasar yang berada di Kabupaten Sumedang dengan sampel terdiri dari satu kelas. Pengambilan data menggunakan angket Mathematic Anxiety. Jumlah subjek adalah 38 siswa. Berdasarkan kuesioner tingkat kecemasan, ditemukan ada dua tingkat kecemasan yang dialami oleh siswa, yaitu kecemasan matematika sedang dan kecemasan matematika berat. Setiap tingkat kecemasan dialami oleh 19 siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat level matematika adalah kurangnya scaffolding yang disediakan oleh guru ketika akan melaksanakan ujian, lingkungan belajar yang tidak mendukung, aktivitas pemecahan masalah yang kurang difahami oleh siswa, pengalaman tidak menyenangkan di masa lalu, seperti matematika yang gurunya tidak bersahabat, dan kurangnya motivasi dalam belajar matematika. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa Sekolah Dasar yang dijadikan sampel mengalami tingkat kecemasan sedang hingga berat ketika akan melaksanakan ujian akhir sekolah berstandar nasional.

Kata Kunci: Mathematic Anxiety dan ujian akhir sekolah berstandar nasional

OPTIMALISASI PENGGUNAAN BUKU TEKS OLEH GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

2019-07-15T14:11:50+07:00

Optimization of the use of textbooks by teachers is the use of the use of textbooks in certain fields of study which are standard books, compiled by experts in the field for instructional purposes and objectives. Meanwhile, motivation is internal and external encouragement to students who are learning in a force that encourages students to do a behavior to achieve goals. This study uses quantitative methods with descriptive analysis types. This study was conducted in SD Negeri Bojongloa Kaler District with a population of 125 teachers. The sample collection technique uses Probability Sampling with the type of Simple Random Sampling based on the Sugiyono table with a significant sample of 100 teachers. Data collection was carried out using questionnaire instruments, documentation and interviews. The trial questionnaire instrument uses validity test and reliability test on 35 items of statement items. Recapitulation of the responses of respondents regarding the optimization of the use of textbooks, namely the actual total score of 6761, ideal score of 800, and the percentage of total score of responses of respondents on the 20 items of statements on the optimization of textbook use variables at 84.5%. Recapitulation of respondents 'responses about total student motivation from 15 statements, namely the actual score 5022, ideal score of 6000, and the percentage of total scores of respondents' responses to the 15 items of statements on the variable student learning motivation was 83.7%.

Keywords: Use of Textbooks, Student Learning Motivation

Optimalisasi penggunaan buku teks oleh guru merupakan pemanfaatan penggunaan buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang merupakan buku standar, yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu buat maksud dan tujuan instruksional. Sedangkan, motivasi adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar dalam kekuatan yang mendorong siswa melakukan suatu tingkah laku untuk mencapai tujuan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis analisis deskriptif. Penelian ini dilakukan di SD Negeri Kecamatan Bojongloa Kaler dengan populasi sebanyak 125 guru. Teknik pengumpulan sampel menggunakan Probablity Sampling dengan jenis Simple Random Sampling dengan berlandaskan pada tabel Sugiyono dengan signifikan diambil sampel sebanyak 100 guru. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen angket, dokumentasi dan wawancara. Uji coba instrumen angket menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas pada 35 butir item pernyataan. Rekapitulasi hasil tanggapan responden tentang optimalisasi penggunaan buku teks yaitu total skor aktual 6761, skor ideal 800, dan persentase total skor tanggapan responden atas ke-20 butir pernyataan pada variabel optimalisasi penggunaan buku teks sebesar 84,5%. Rekapitulasi hasil tanggapan responden tentang motivasi belajar siswa total dari 15 pernyataan yaitu skor aktual 5022, skor ideal 6000, dan persentase total skor tanggapan responden atas ke-15 butir pernyataan pada variabel motivasi belajar siswa sebesar 83,7%.

Kata kunci : Penggunaan Buku Teks, Motivasi Belajar Siswa

THE USE OF PROBLEM SOLVING LEARNING METHOD TO IMPROVE STUDENTS’ CRITICAL THINKING

2019-07-15T14:17:40+07:00

Students' critical thinking skill can be developed through the learning process using the Problem Solving model. The problem in this study is how the use of Problem Solving learning method can improve students’ critical thinking skill in class V in social science subject. The purpose of this study was to find out the improvement of the students’ critical thinking ability after using the Problem Solving Learning Method at class V SDN Rancagoong in Cilaku Subdistrict of Cianjur Regency. The method used in this study is the Classroom Action Research (CAR) using the Kemmis Taggart model. The study was conducted in two cycles, each of which consisted of two actions. Subjects in this study were 31 class V students. Data collection techniques are carried out using observation sheets, field notes, interview sheets, evaluation and documentation. From the learning results obtained each cycle has increased. In the action 1 of cycle I obtained a score of 54.69%, then increased in action 2 to 67.19%, and in cycle II action 1 and 2 became 81.81% and 87.50%, then students’ activity increased in cycle I action 1, 2 which was 45.45% and 61.36% then increased in cycle II actions 1 and 2 to be 77.27% and 90.91%, then the critical thinking ability increased in the cycle I with 18 students were accomplished not 13 students were not accomplished while the results of the cycle II were 30 students accomplished and only 1 student who were not, with an average score of 65.81 and cycle II to be 79.76. Thus it can be concluded that the use of problem solving model can improve students’ critical thinking skill at class V SDN Rancagoong, Cilaku Subdistrict, Cianjur Regency.

Keywords: Problem Solving Learning Method, critical thinking ability.

Keterampilan berpikir kritis siswa dapat dikembangan melalui proses pembelajaran dengan menggunakan model Problem Solving. Adapun masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana penggunaan metode pembelajaran Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas V dalam pembelajaran IPS. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah menggunakan Metode Pembelajaran Problem Solving di kelas V SDN Rancagoong Kecamatan Cilaku Kabupaten Cianjur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model Kemmis Taggart. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari dua tindakan. Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V yang berjumlah 31 orang siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, catatan lapangan, lembar wawancara, evaluasi dan dokumentasi. Dari hasil belajar yang diperoleh setiap siklus mengalami peningkatan. Siklus I tindakan 1 memperoleh skor 54,69%, kemudian meningkat pada tindakan 2 menjadi 67,19%, dan pada siklus II tindakan 1 dan 2 menjadi 81,81% dan 87,50%, kemudian kegiatan siswa meningkat siklus I tindakan 1, 2 yaitu sebesar 45,45% dan 61,36% meningkat pada siklus II tindakan 1 dan 2 menjadi 77,27% dan 90,91%, kemudian kemampuan berpikir kritis siswa meningkat pula siklus I tuntas 18 orang tidak tuntas 13 orang sedangkan pada siklus II tuntas 30 orang dan yang tidak tuntas 1 orang, dengan skor rata-rata siklus I 65,81 dan siklus II menjadi 79,76. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model problem solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas V SDN Rancagoong Kecamatan Cilaku Kabupaten Cianjur.

Kata kunci: Metode Pembelajaran Problem Solving, kemampuan berpikir kritis.

INTERNALISASI NILAI KEMANDIRIAN SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMBENTUK SIKAP PERCAYA DIRI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS

2019-07-15T14:23:22+07:00

This study aims to describe and examine more deeply the importance of independence values to be internalized in the learning process of students, especially in learning English. this study uses the literature study method. In accordance with Law No. 20, 2003 article 3 states, "National education functions to develop capabilities and form dignified national character and civilization in order to educate the nation's life, aiming at the development of potential students to become human beings who believe and fear God Almighty, noble, healthy, knowledgeable, competent, creative, independent, and a democratic and responsible citizen. "In accordance with the functions and objectives of national education, independence is one part of the national education goals that must be developed through a variety of learning, including learning English. Independence is an attitude characterized by self-confidence.

Keywords: Internalization of values, Value of Independence, Learning English

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengkaji lebih dalam tentang pentingnya nilai kemandirian untuk diinternalisasikan dalam proses pembelajaran siswa terutama dalam pembelajaran Bahasa Inggris. penelitian ini menggunakan metode studi literatur. Sesuai dengan Undang-Undang No. 20, Tahun 2003 pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Sesuai dengan fungsi dan tujuan dari pendidikan nasional, kemandirian adalah salah satu bagian dari tujuan pendidikan nasional yang harus dikembangkan melalui berbagai pembelajaran, diantaranya pembelajaran Bahasa Inggris. Kemandirian adalah suatu sikap yang ditandai dengan adanya kepercayaan diri.

Kata kunci: Internalisasi nilai, Nilai Kemandirian, Pembelajaran Bahasa Inggris

KAJIAN LANDASAN PENDIDIKAN: PENDIDIKAN ADAB SUATU KENISCAYAAN

2019-07-15T14:29:58+07:00

Essentially, humans are social beings because they can’t meet the needs of their lives by themselves. As social beings, humans have to comply and obey to the rules and human values as the efforts to maintain social life. Islamic is a religion which arranges all human concerns very clearly that is not only in the relation with worship procedures but also all aspects of life. One of the important aspects that becomes the guideline for behaving in Islamic is adab, until Imam Mubarak states that “we need adab more than a lot of knowledge”. AI Attas (1998) concludes that adab teaching material in human lives are, (1) adab to themselves, (2) adab in the context of relationship between humans, ethical norms applied in social manners, (3) adab to knowledge, (4) adab to nature, (5) adab to language, and (6) adab to spiritual realm. Therefore, adab education is one of the most important means in the whole effort of human development and human values cultivation, which will create the atmosphere of civilized society eventually.

Keywords: Education, Adab

Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial sebab manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Sebagai makhluk sosial manusia harus tunduk dan patuh pada aturan dan nilai-nilai kemanusiaan sebagai upaya menjaga kehidupan sosial. Islam adalah agama yang mengatur segala urusan manusia dengan sangat jelas tidak hanya berkaitan dengan tata cara ibadah namun juga segala aspek kehidupan. Salah satu aspek penting yang menjadi pedoman berprilaku dalam islam adalah adab, hingga Imam Mubarak menyatakan “kita lebih memerlukan adab daripada ilmu yang banyak”. Al Attas (1998) menyimpulkan materi pengajaran adab dalam kehidupan manusia diantaranya, (1) adab terhadap diri sendiri, (2) adab dalam konteks hubungan antara manusia, norma-norma etika yang diterapkan dalam dalam tata karma sosial, (3) adab terhadap ilmu, (4) adab terhadap alam, (5) adab terhadap bahasa, dan (6) adab terhadap alam spiritual. Oleh sebab itu pendidikan adab adalah salah satu sarana terpenting dalam usaha pembangunan manusia seutuhnya serta penanaman nilai-nilai kemanusiaan, yang pada gilirannya akan menciptakan suasana tatanan kehidupan masyarakat yang beradab.

Kata Kunci: Pendidikan, Adab

PENGUATAN KARAKTER BANGSA MELALUI NILAI-NILAI AKHLAK GURINDAM DUA BELAS (G12)

2019-07-15T14:41:20+07:00

G12 is the local wisdom of the KEPRI Malay ethnic group as well as literary works. The didactic classification of documents can be used as an effort to strengthen national character. Various problems of the character of the nation's children in the global era such as moral decadence, free sex, brawls, fighting, acts of plagiarism, excessive love of social media to the younger generation became a moral crisis that troubled the world of education, family and society so that moral formation was needed. For this reason, raising the moral values of G12 is the solution that is implemented through habituation and example. The method in this study is a descriptive method with a qualitative approach, the researcher collects primary sources and secondary sources related to the discussion, analyzes the contents of the G12 and obtains the results of G12 consisting of 12 articles, containing Islamic teaching values, especially moral values. The purpose of this study is to describe the moral values contained in Gurindam 12. The results obtained include: a) making an effort to introduce and develop KEPRI Malay ethnic local wisdom, b) Describe the Gurindam 12 education character along with moral values in it, these moral values include: not lying, prohibiting cursing and reproaching, light-handed, patient, gentle, sincere, caring for the heart, giving, thrifty, polite, trustworthy, diligent, obedient to the mother father and diligent study. c) Growing and fostering Gurindam 12 moral values in students. The conclusion of this study is that the moral values of the G12 need to be actualized continuously by the community and the younger generation in all activities of their lives in order to become individuals who are characterized by Gurindam 12.

Keywords: Nation Character, Moral Values, Gurindam 12

G12 merupakan kearifan local etnis Melayu KEPRI sekaligus karya sastra didaktik klasifikasi dokumen dapat dijadikan sebagai upaya untuk menguatkan karakter bangsa. Berbagai persoalan karakter anak bangsa di era global seperti dekadensi moral, free sex, tawuran, perkelahiaan, tindakan plagiat, kecintaan media sosial berlebihan pada generasi muda menjadi krisis moral yang meresahkan dunia pendidikan, keluarga dan masyarakat sehingga perlu adanya pembinaan akhlak. Untuk itu mengangkat nila-nilai akhlak G12 adalah solusinya yang dilaksanakan melalui pembiasaan dan keteladanan. Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, peneliti mengumpulkan sumber primer dan sumber skunder yang berkaitan dengan pembahasan, menganalisis isi G12 dan diperoleh hasil G12 terdiri 12 pasal, berisikan nilai-nilai ajaran Islam terutama nilai- nilai akhlak. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan nilai- nilai akhlak yang ada dalam Gurindam 12. Adapun hasil yang diperoleh diantaranya : a) melakukan sebuah upaya pengenalan dan pembinaan kearifan local etnis Melayu KEPRI, b) Mendeskripsikan pendidikan karakter Gurindam 12 beserta nilai-nilai akhlak yang ada didalamnya, nilai-nilai akhlak tersebut antara lain : tidak berdusta, larangan mengumpat dan mencela, ringan tangan, sabar, lemah lembut, ikhlas, menjaga hati, suka memberi, sikap hemat, sopan, dapat di percaya, tekun, patuh pada ibu bapak dan rajin belajar. c) Menumbuhkan serta membina nilai-nilai akhlak Gurindam 12 dalam diri mahasiswa. Kesimpulan penelitian ini adalah nilai-nilai akhlak G12 perlu diaktualisasikan secara terus- menerus oleh masyarakat dan generasi muda di dalam semua aktivitas kehidupannya agar menjadi pribadi yang berkarakter Gurindam 12.

Kata Kunci : Karakter Bangsa, Nilai-nilai Akhlak, Gurindam 12

MENUMBUHKAN KEWIRAUSAHAAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK

2019-07-15T14:48:36+07:00

Embedding the spirit of entrepreneurship should be done since the child starts to understand the value of money, namely when elementary school. The goal is to introduce many values of independence, creativity, social and many more that are contained in entrepreneurship. Facing the 21st century, the need to be given an understanding of the independence of children in creatively creating businesses anywhere at any time. The limitation of human resources to manage natural resources owned by Indonesia has now become a common concern. This is believed to be due to a lack of self-confidence, innovation, and creativity that has a productive young generation created since childhood. In fact, the characteristics that are the mentality of an entrepreneur can be formed since the child is still in the educational level. This is what underlies the importance of planting entrepreneurial spirit from an early age. Thematic learning is one way to develop entrepreneurial spirit through basic education.

Keywords: Entrepreneurship, Thematic Learning, Primary Student

Menanamkan jiwa kewirausahaan atau entrepreuneurship sebaiknya dilakukan semenjak anak mulai mengerti nilai uang yaitu saat sekolah dasar. Tujuannya adalah dikenalkan banyak nilai-nilai kemandirian, kreativitas, sosial dan masih banyak lagi yang terkandung pada entreupreunership. Menghadapi abad 21 maka perlunya diberikan pemahaman kemandirian anak dalam kreatif menciptakan usaha di manapun kapan pun. Keterbatasan sumber daya insani (human resources) untuk mengelola kekayaan sumber daya alam (natural resources) yang dimiliki Indonesia, kini telah menjadi keprihatinan bersama. Hal ini diyakini oleh karena kurangnya kepercayaan diri, inovasi, dan kreativitas yang dirniliki generasi muda produktif yang tercipta sejak masih kanak-kanak. Padahal, karakteristik yang merupakan mental seorang kewirausahawan tersebut dapat dibentuk sejak anak masih dalam taraf pendidikan. Hal ini lah yang mendasari pentingnya penanaman jiwa kewirausahaan sejak dini. Pembelajaran tematik merupakan salah satu cara menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan lewat pendidikan dasar.

Kata Kunci: Kewirausahaan, Pembelajaran Tematik, Anak Sekolah Dasar

MODEL ENTREPRENEURSHIP DALAM PRAKTIK PEMBELAJARAN

2019-11-20T02:46:46+07:00

Qualitative approach research method with the title "Model of Learning Tools Based on Entrepreneurship Model in Learning Practices" which is motivated by the difficulty of teachers in making learning devices that are able to contribute to some world preparations such as facing industrial revolution 4.0 which promotes the technology of cyber physical systems, sustainable development in ASEAN Economic Community (MEA) and Sustainable Development Goals (SGDS). The purpose of this study is to evaluate learning tools based on entrepreneurship models. This study uses research and development with descriptive analysis. Broadly speaking, this research consists of three stages, namely (1) preliminary study by making a plan (documentary study, research instrument), (2) developing and processing data (data collection and Focus Group Discussion (FGD), and (3 ) Trial. The results of the study show that: 1) 2017 revised curriculum development in 2017 has not fully paid attention to the local potential, the revised 2017 curriculum should be implemented to pay attention to local potential through learning activities with more local content than national and international material content; 2) applicable learning tools with permendikbud developed with learning of entrepreneurship; 3) develop teaching materials that have high economic value and added value; 4) making learning applications based on android applications; 5) applying entrepreneurship- based learning models through the practice of learning using the ICARE method.